Gina Astuti, sosok pemuda yang beruntung, dari ratusan orang yang mengikuti seleksi dalam kegiatan muhibah budaya rempah nusantara beberapa waktu lalu hingga sampai akhirnya menjadi top 5 dan akan wakil Kalsel dalam kegiatan berskala Nasional tersebut.
Ia merupakan salah seorang Mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai di Hulu sungai Utara (HSU), Gina sendiri bertempat tinggal di Desa Inan Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan.
Gina ketika ditemui di Paringin Sabtu (24/07/2021), menceritakan awalnya dirinya juga tidak menyangka bisa lolos dan bisa mewakili Balangan dan Kalsel dalam ajang tersebut.
“Sampai akhirnya lolos ke 10 besar, aku tampil bakat madihin dan mengajukan proker kerja jika terpilih dan alhamdulillah berkat usaha dan ikhtiar. Tidak menyangka juga sih sebetulnya, aku masuk top 5 dan bakal mewakili Kalimantan Selatan, khususnya Balangan dalam kegiatan muhibah budaya rempah nusantara,” jelasnya.
Dilanjutkan oleh dia, pertama dirinya sempat mengalami kesulitan, karena harus mempelajari materi yang banyak sekali, masalah rempah, budaya, seni, sejarah sampai wisata yang ada di kalsel.
Dirinya Pun hanya Ikut seleksi via online, yang ternyata kebanyakan peserta langsung berhadir ke Disdik prov Kalsel. Kendala juga terjadi karena jaringan, dilanjutkan lagi dengan membuat kegiatan wawancara.
“Tapi Alhamdulillah dengan semangat, doa ikhtiar dan usaha, semuanya bisa dilalui Alhamdulillah bisa lolos,” sebutnya.
Ia juga menceritakan mengenai kegiatan jalur rempah tersebut, yang mana sejarah telah mencatat bahwa rempah-rempah pernah mengharumkan Nusantara. Negeri ini pernah menjadi pemain penting dan pemasok utama dalam perdagangan dunia, jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara. Begitu pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia, sehingga ia menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi,maupun sosial budaya dalam skala global.
Jalur Rempah telah menciptakan simpul-simpul keindonesiaan antarwilayah di Nusantara dan menempatkan Indonesia sebagai wilayah strategis dalam perdagangan dunia. Perdagangan cengkeh, pala, dan lada menjadi wahana interaksi antar berbagai suku dan etnik di Indonesia. Perdagangan rempah-rempah membawa interaksi dan pertukaran nilai-nilai, penyebaran agama, persilangan budaya, kesenian, sastra, gastronomi, dan sebagainya.
“Dalam rangka merevitalisasi hubungan historis tersebut, Muhibah Budaya merupakan sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb),” jelas Gina.
Pelayaran mengarungi lintas samudera menyusuri titik-titik rempah di Indonesia sebagai penegasan ketersambungan daerah-daerah dan konektivitas historis Indonesia melalui Jalur Rempah. Beragam aktivitas di darat dan laut antar peserta dari seluruh Indonesia, diharapkan menghidupkan Jalur Rempah dengan kerja sama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan, bahkan dengan ribuan orang di ratusan titik rempah, mulai dari pertunjukan, musik, kuliner, pengetahuan berbagai kearifan lokal dan pengobatan tradisional, seminar, workshop, pemutaran film,hingga residensi budaya.
Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia menjadi suatu esensi dari program ini atas keberagaman pendukung budaya di masing-masing lokus yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah.
” Untuk saat ini terkait pelayanan masih belum bisa ditentukan karena masih ada penerapan PPKM,” pungkasnya.
Gina Astuti, Saat Bersama Dengan Teras7.com
sumber : https://www.teras7.com/gina-astuti-asal-balangan-wakili-kalsel-dalam-pelayaran-jalur-rempah/